Rabu, 29 Desember 2010

Alun-alun



Hal yang menarik di kota Sumedang menurut saya salah satunya adalah lampu merahnya. Di Sumedang kota sudah ada lampu merah dengan 'suara'. Haha, maksudnya ada pengeras suara yang bilang bahwa kita harus menaati aturan lampu merah dalam bahasa sunda. Urang ge poho naon artina.... (^.^)

Pagi hari perjalanan kami lanjutkan lagi dengan tujuan alun-alun kota Sumedang dan Gunung Kunci.

Di sepanjang jalan kami menuju alun-alun, banyak sekali penjual tahu sumedang di pinggir jalan. Saya diberi tahu teman saya bahwa tahu sumedang yang enak mereknya Tahu Bongkeng-atau mirip itu bunyinya, haha. Tahu sumedang pun bervariasi, ada yang kulitnya coklat kasar keriting tekturnya, ada juga yang coklat muda kekuningan dan halus teksturnya.

Jarak antara Griya dan alun-alun sekitar 20 menit dengan berjalan kaki. Griya berada di Sumedang utara sedangkan alun-alun masuk ke Sumedang selatan. Diantara keduanya dipisahkan sungai-entah apa namanya-yang menjadi batas wilayah itu.




Kami menemukan banyak rumah-rumah kuno yang masih digunakan dan dirawat disana. Bentuk fisiknya oke punya, salah satunya sempat saya rekam di kamera.

Akhirnya sampailah juga kami di alun-alun kota Sumedang. Karena agak cape dan kepanasan, kami memutuskan beristirahat sejenak di alun-alun. Kami beli makanan menyerupai lidi yang rasanya gurih, selain itu kami sebenarnya juga tertarik membeli makanan yang lumayan populer di sana, Marasa, makaroni dengan banyak rasa, whahahaha...



Seperti halnya alun-alun kota lainnya di Indonesia, di alun-alun ini juga terdapat kantor pemerintahan, masjid, dekat kantor pos, lapas *whew!*, bahkan sekolahan negeri.

Ditengah alun-alun terdapat prasasti Lingga, yang kata teman saya merupakan kebanggaan kota Sumedang. Monumen/prasasti ini dibangun pada tanggal 25 april 1992 untuk memperingati periode yang penting dari tahun 1882 s/d 1919 dan memperingati figur yang penting bagi masyarakat Sumedang, Pangeran Soeriatmaja.

Selepas istirahat di alun-alun, mendadak saya ingin ke toilet. Teman saya mengajak saya ke toilet Masjid Agung Sumedang yang tak jauh dari situ.



Di masjid inilah sedikit kekacauan terjadi. Karena baru pertama kalinya bisa menggunakan kamera tanpa bantuan orang (otomatis take picture) saya membuang-buang energi batere. Intinya mendadak low batt gitu di masjid itu. Huaduuuhhhh (>.<)

Nah, maksud hati mau ke Museum Prabu Geusan Ulun yang ada di dekat situ saya batalkan. Selain karena bertepatan dengan tanggal merah (25 Desember), saya juga tidak yakin punya cukup waktu untuk hiking di gunung sebelum pulang ke rumah pada hari yang sama.

Selain Museum, tempat lain yang TIDAK saya kunjungi adalah makam Cut Nyak Dien. Makamnya terletak di Gunung Puyuh, dekat Kampung Toga, dan ditempuh dengan menggunakan angkot no.06 yang ke arah Jatinangor.

Perjalanan terakhir saya di Sumedang ke Gunung Kunci ternyata membuahkan hasil juga. Diantara deretan rumah masyarakat yang kami lewati dari alun-alun menuju Gunung Kunci (jalan kaki sekitar 10 menit), kami menemukan Bekas Rumah Cut Nyak Dien... Yah, tak ada makam, bekas rumahnya pun jadi lah....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar