Kamis, 04 November 2010

Ziarah Tanah Suci

Menebak judulnya berarti postingan kali ini adalah seputar naik haji.
Tidak salah karena gambarnya juga mendukung. Tapi, saat musim haji kali ini saya sedih sekali.

Apa pasal?

Well, orang bilang, naik haji itu jodoh, kalau sudah jodohnya, akan pergi berhaji juga, tidak peduli bagaimana caranya. Termasuk sumber pendanaan yang akan saya sedikit singgung disini.



Judul postingan kali ini terinspirasi oleh sms dan telpon sahabat dekat saya pada suatu pagi. Ia mengabarkan bahwa orang tuanya akan berangkat untuk naik haji pada hari itu, alias kemarin. Tak hanya sahabat saya, paman dan tante saya juga akan berangkat haji minggu depan. Selain itu, banyak postingan status teman-teman saya di situs jejaring sosial yang menyatakan bahwa orangtuanya sedang berangkat ke tanah suci.

Mungkin saya tidak akan sentimentil sekiranya orangtua saya tidak punya uang untuk melaksanakan rukun islam yang kelima itu. Banyak orang yang tidak punya uang maupun punya uang tapi tidak pergi ke tanah suci seumur hidupnya. Kasus saya agak membuat saya kesal, bagaimanapun juga.

Orangtua saya sudah mempersiapkan segalanya, termasuk perencanaan keuangan. Biaya naik haji, biaya nikah saya... *mikir* dan biaya pendidikan adik saya pun sudah dipersiapkan. Mereka sudah membuat perencanaan sampai ke detil-detil seperti itu. Investasi tahunan pun selalu menghasilkan dan dapat diandalkan.

Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Karena kota Malang berada nun jauh disana *gaknyambung.com*. Uang yang sudah dipersiapkan itu dalam sekejab, dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya... raib!

Seseorang yang tidak bertanggungjawab sudah melarikan uang tersebut, yang telah diinvestasikan orang tua saya, dengan kata lain kami ditipu orang. Harapan orangtuaku bisa naik haji sempat musnah seketika karena hal itu. Saya cuma bisa mengerjab-ngerjabkan mata karena bisa berarti pesta pernikahan ala cinderella yang sudah lama saya impikan itu hilang. Terakhir, mungkin orang tua saya harus banting tulang peras keringat lagi untuk membiayai pendidikan tinggi adik-adik saya. What an ironic scene!

Saya benar-benar mengeluarkan kesentimentilan saya saat berhadapan dengan situasi ini. Bagaimana tidak, semua yang sudah direncanakan dengan mulus tidak berakhir mulus. Tapi itulah takdir Tuhan, Kun Fayakun.

Ketika kesal, saya melihat sekeliling. Masih banyak orang yang hidupnya lebih sulit dari kami tapi mereka lebih bersyukur. Kenapa kami tidak bisa? Kami mencoba untuk itu pada akhirnya.

Saya kaget juga ternyata, banyak orang yang menggantungkan diri pada investasi yang juga dilakukan orang tua saya. Bahkan mungkin lebih parah... Ada orang yang sudah menunggu didatangi setan-setan dari bank untuk menyita rumah, barang, maupun uang. Rumahnya istimewa karena kayak istana raja (masih puteri mode on).

Pada akhirnya saya cuma bisa menelan ludah dan banyak berdoa serta bertaubat. Dengan keadaan yang sekarang, sudah beruntung kami masih diberikan rezeki yang tidak sedikit bila disyukuri. Masih banyak orang-orang yang menderita karena berbagai bencana yang tak henti menerpa negeri ini.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar