Jumat, 29 Agustus 2014

Senja di Pantai Tanjung Barat Pulau Tidung
















Kutipan di atas rasanya cocok untuk menggambarkan perjalanan yang semestinya dilakukan oleh seorang traveller. Ya, banyak kasus yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri, traveller melakukan hal-hal yang tidak terpuji pada tempat wisata yang didatanginya. Contohnya saja kasus baru-baru ini yang tersebar diantara netizen luar negeri adalah “graffiti” di Gunung Fuji, Jepang, yang sayangnya dilakukan oleh orang Indonesia. Dalam berwisata, hendaknya kita sebagai pengunjung dapat menghormati budaya lokal, berperilaku sopan dan beretika, serta tidak merusak tempat wisata. Banyak orang menyayangkan, kemajuan pesat suatu tempat menjadi tujuan wisata populer, dibarengi dengan perusakan nilai-nilai budaya maupun tempat wisata itu sendiri. Sebagai contoh, banyak pendaki gunung yang melakukan pemetikan bunga-bunga gunung atau tidak bertanggungjawab pada sampah yang dibawa sehingga mengotori gunung.
















Kali ini saya mau mengulas jalan-jalan saya ke Pulau Tidung. Pulau Tidung adalah salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta, Indonesia. Pulau tidung ini terbagi dua yaitu, Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Penggunaan wilayah di pulau ini berkembang ke arah wisata bahari seperti menyelam serta penelitian terhadap terumbu karang. Pulau Tidung yang terdiri dari Tidung Besar dan Tidung Kecil yang dihubungkan oleh jembatan panjang yang dinamakan Jembatan Cinta oleh penduduk setempat ini terletak di Kepulauan Seribu Selatan bagian barat, dengan jarak tempuh kurang lebih 3 jam perjalanan dari Muara Angke dengan kapal penumpang. (Sumber: Wikipedia)

Sebagai salah satu tujuan wisata, baik wisatawan dalam maupun luar negeri, Pulau Tidung tidak terbebas dari masalah sampah. Sampah yang ada di Pulau Tidung kondisinya sudah banyak, sebagian besar merupakan kiriman dari kanal-kanal sungai yang berujung di Teluk Jakarta. Banyaknya wisatawan juga menyumbang sampah yang mengotori Pulau Tidung.

Atas kepedulian saya bersama teman-teman, maka saya mengikuti acara jalan-jalan yang ditujukan untuk berwisata sekaligus bersih-bersih di Pulau Tidung. Memang, program seperti ini mungkin tidak menyelesaikan persoalan sampah di Pulau Tidung, namun dengan adanya program ini kami, atau masyarakat luas dapat menyadari pentingnya membuang sampah pada tempatnya dan efek dari pembuangan sampah secara sembarangan.















































Kami, saya dan teman-teman menginap satu malam di Pulau Tidung Besar. Mula-mulanya, setelah sampai dermaga Pulau Tidung, kami dibagi berkelompok-kelompok untuk memulai aksi kami memunguti sampah yang ada tersebar di Pantai Tanjung Barat dan Pantai Tanjung Timur Pulau Tidung Besar. Saya kebetulan dapat bagian untuk bersih-bersih di Pantai Tanjung Barat yang cenderung sepi penduduk dan wisatawan. Pantai Tanjung Timur sebaliknya, ramai dengan penjual makanan minuman, perumahan/guest house, ada juga lapangan volley.






























Saya senang mendapat bagian bersih-bersih Pantai Tanjung Barat. Pemandangannya tidak kalah indah dengan Pantai Tanjung Timur, hanya sepi saja. Di ujung Pantai Tanjung Barat sebelah utara terdapat Jembatan Cinta, jembatan kayu yang menghubungkan Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung kecil. Jembatan ini terkenal dengan mitosnya, apabila bisa terjun sebanyak 7x berturut-turut, niscaya akan segera mendapatkan jodoh, bagi yang belum ketemu jodohnya. Hehe, berhubung pemberhentian terakhir acara bersih-bersih kami adalah di ujung Pantai Barat sebelah Jembatan Cinta. Setelah menyelesaikan dan menyetorkan hasil pungutan sampah kami, saya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mencoba terjun dari Jembatan Cinta.



















































Dengan kedalaman laut di bawah jembatan sekitar 3 meter, nyali saya agak ciut sewaktu pertama kali ingin meloncat. Namun setelah melakukan sekali loncatan, saya pun mencobanya kembali untuk yang kedua kali. Hehe, dua kali loncat sudah cukup mengocok adrenalin saya.

Malam hari setelah semua sampah selesai dibakar dan dikomposkan, kami berkumpul di lapangan depan kelurahan untuk menyerahkan tong-tong sampah kepada Lurah Pulau Tidung. Di tempat ini pula dibagi makan malam untuk kami semua. Jalan-jalan ke pulau seperti ini, sebaiknya memang tidak terlalu berharap banyak untuk makan enak, kecuali pulau yang sudah dikelola professional sebagai resor. Menu makan malam dan makan siang yang saya terima serupa, dan dengan ikan sebagai makanan khasnya. Yah, ditambah keringnya udara berikut angin yang membawa aroma garam cukup membuat saya dehidrasi sepanjang waktu. Saya merasa panas dalam saya kumat. Untung saya bawa Liang The Cap Panda kaleng sebagai obat pereda panas dalam. Alhamdulillah… badan saya terasa segar dan saya jadi bersemangat kembali untuk jalan-jalan menjelajah pulau esok hari. Terima kasih Liang Teh Cap Panda!




















Program bersih-bersih kami hanya satu hari, di hari yang kedua ini, kami punya waktu sampai siang hari untuk jalan-jalan menjelajah pulau maupun berenang/snorkeling. Beberapa teman saya ada yang memilih untuk bersepeda keliling pulau saja. Oh iya, di sini banyak persewaan sepeda, karena rata-rata untuk transport dari satu tempat ke tempat lain tidak selalu membutuhkan kendaraan bermotor. Saya tidak berminat untuk jalan-jalan dengan sepeda dan lebih memilih untuk snorkeling bersama beberapa orang teman. Kami menyewa perahu nelayan, nelayan sebagai guide, berikut alat snorkeling.















































Ternyata, pemandangan bawah laut di sekitar Pulau Tidung sangatlah indah! Terumbu karang yang berwarna warni tidak terlalu dalam dari permukaan untuk diraih dengan tangan. Namun tentu saja saya dan teman-teman sudah cukup puas hanya dengan memandang pemandangan yang indah di bawah laut itu. Saya termasuk orang yang tidak begitu lancar berenang, jadi Alhamdulillah kami snorkeling pada pagi hari, sebab, biasanya kalau sudah sore hari ombak akan membesar dan agak membutuhkan tenaga ekstra apabila ingin berenang-renang.


































Setelah sore menjelang, sebelum pulang, kami bersama-sama menyaksikan pemandangan matahari terbenam di Pantai Tanjung Barat. Indah sekali. Saya dan teman-teman sangat berharap keindahan dan keasrian Pulau Tidung tidak rusak agar generasi mendatang dapat menikmati keindahan dari Sang Maha Pencipta seperti yang telah saya saksikan di Pulau Tidung.

3 komentar:

  1. jembatan cinta yang sangat terkenal... belum ke sana euy... mampir ke pantaiku yuuk http://fxmuchtar.blogspot.com/2014/08/serasa-memiliki-pantai-pribadi-di-liang.html

    BalasHapus
  2. Jadi pengen coba loncat juga. hehehe.
    main ke blog ku
    http://ilho071.blogspot.com/2014/08/liang-teh-cap-panda-pantai-jalan-jalan.html

    BalasHapus
  3. Sip... Bagus...

    Mampir jg kmari gan
    http://gubugkecilsangentung.blogspot.com/2014/08/17-agustusan-di-pantai-klayar-banyu.html?m=1

    BalasHapus