Jumat, 10 Juli 2009

Buah Tangan Berjalan

Temanku dari Laos, Latt Xayarath, mengirimiku kartu pos. Lalu ada temanku yang bernama Tami, kebetulan ngeliat kartu pos itu. Dandanan orang-orang yang ada di kartu pos ngingetin dia akan satu pengalaman tidak biasa.

Tami bercerita, ayahnya yang seorang dosen sejarah pernah mendapat oleh-oleh dari temannya yang arkeolog. Oleh-olehnya adalah sebuah kepala patung Putri Campa dari Kamboja beserta patung-patung kecil lainnya.

Patung kepala yang cantik itu diletakkan di lemari kaca di ruang keluarga rumah Tami.
Sanggulnya kayak gambar dari kartu pos di bawah ini




Pada malam harinya, jam 10 malam, patung itu mulai bergoyang-goyang kesini kesana kayak boneka Jepang, Daruma. Sampai jam 12 malam,ee...aksinya beda lagi. Jin putri Campa keluar dari dalam patung sambil meluruskan tangan dan kaki dan berjalan menuju kursi. Duduk manis deh. Sosoknya halus. Berpakaian ala jaman kerajaan. Kerjaannya?

Cuma jalan, trus duduk di sofa sampai menjelang subuh lalu balik lagi ke dalam patung. Mungkin pikirnya;

"Ini gue dimana sih?! Kok tempatnya aneh banget. 'Kan gue udah seharian cape-cape meringkuk di patung sempit banget, eee, nyasar di tempat ajaib pula!"

*Hijrah ke luar negeri ya, Mbak?*

Kalo patung bisa ngomong ...

Sampe sekarang patung itu masih ada. Pindah posisi jadi di ruang dosen sebuah universitas di Surabaya. Dan tetap melakukan ritual malamnya.

Capeeeeee deeeehhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar