Senin, 21 Juli 2014

Puasa dan Colekan Kue

Pengalaman puasa yang ingin aku ceritakan di sini adalah waktu aku kembali ke rumah setelah merantau selama 4 tahun untuk kuliah di kota lain. Yang namanya anak kuliah, sudah menjadi hal yang lumrah apabila pada waktu bulan puasa kami para mahasiswa jadi semakin rajin keluar kosan. Untuk apalagi selain untuk mencari ta'jil gratisan yang biasa disediakan masjid-masjid atau mushola sebagai makanan berbuka puasa. Nah, begitu pun aku tak ketinggalan bergabung di komunitas PPG-Para Pencari Ta'jil Gratisan. Kerinduan yang membahana akan makanan nikmat selama masa kuliah, membuatku membabi buta makan makanan apa saja waktu aku pulang ke rumah selepas wisuda. Kebetulan, orang tuaku punya bisnis katering kue-kue basah, makin lengkap saja pemuas napsu makanku yang sudah tingkat dewa. Nah, disela-sela pembuatan kue, terkadang aku mencicipi sedikit dengan menggunakan ujung jari telunjukku. Apakah rasa kuenya terlalu manis? Terlalu asin? Atau cukup? Atau pantasnya aku saja yang menyantap kuenya, dan bukan diberikan kepada pemesan? Hehe. Kebiasaan ini berdampak kurang baik terhadapku. Memang telunjuk dan tangan akan terasa bersih setelah kita menjilat-jilat bekas makanan kita di sana, namun apabila sampai kepergok gebetan, wah bisa runyam, bisa-bisa dia ilfil duluan sebelum dekat sama kita... #eh. Pada waktu bulan puasa, pesanan kue juga membanjir, terutama untuk ta'jil buka puasa.Sebagai anak yang baik, sudah sepantasnya aku ikut membantu bisnis kedua orang tuaku ini.Yiihaa. Namun, kendala terbesar justru ada pada kebiasaanku jilat-jilat sisa hasil icip-icip makanan. Wah ini berarti kehancuran dan keharusan aku untuk mengendalikan diri. Seperti bisa diduga, terkadang aku tak sadar kl aku sedang jilat-jilat makanan. Yaiks, tanpa sadar aku jilat juga tanganku yang belepotan bekas kue. Enak sih pake bingit. Ya mau bagaimana lagi, karena ini tanpa disertai ucapan terima kasih dan karangan bunga, maka aku pilih untuk lanjut puasa aja. (-_-) Itulah pengalaman puasa pertamaku setelah mengadu nasib di perantauan, lantas balik ke rumah orang tua. Disuguhi makanan enak hampir setiap hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar