Catatan Perjalanan ini merupakan pengalaman sehari-hari Nona Novi. Jangan lupa tinggalkan komentar yaa
Senin, 28 November 2011
Pecinan (1)
Ket.: Klenteng Dharma Bhakti/Jin De Yuan
Hm, saya mau sarikan dulu informasi dari booklet yang saya dapat dari Pak Kartum selaku penyelenggara tur.
Glodok atau pecinan adalah salah satu kampung tua di Jakarta yang berada di luar kastel Batavia (Omellanden) yang dijadikan pemukiman bagi orang-orang Cina. Konon kata “Glodok” mengacu pada bunyi air mancur di sekitar tempat pancuran yang berbunyi grojok-grojok. Sementara nama Pancoran sendiri berasal dari tempat penjernihan air atau “Pancuran”.
Pasca pembantaian Cina tahun 1740, kawasan ini dijadikan konsentrasi untuk tempat tinggal orang-orang Cina. Daerah yang dipilih adalah Glodok yang lokasinya tidak jauh dari tembok kota bagian selatan yang diperkirakan lokasinya di area Museum Bank Mandiri saat ini. Alasan penguasa VOC menempatkan mereka di Glodok agar pengawasannya lebih mudah, oleh karena itu di dekat tembok tersebut dibangun Bastion yang dilengkapi dengan meriam. Sebenarnya kebijakan untuk menempatkan orang berdasarkan etnis juga berlaku untuk suku-suku lain seperti Melayu, Bali, Banda, Jawa dan lain-lain. Makanya di Jakarta ini kita mengenal nama kampung Melayu, kampung Bali, kampung Bandan, dan lain sebagainya.
Di kawasan pecinan ini setidaknya terdapat lima klenteng yang dapat kita kunjungi, antara lain Klenteng Budhidarma, Ariya Marga, Tanda Bhakti, Toa Se Bio, dan Jin de Yuan. Klenteng-klenteng ini telah berusia lebih dari dua ratus tahun yang lalu, walaupun sudah terjadi renovasi di bagian sana-sini.
Ket.: Di depan pintu masuk klenteng Budhidarma, hehe, di pinggir jalan
Selain klenteng, juga terdapat gereja Maria de Fatima yang berada di Petak Sembilan. Gereja dengan gaya arsitektur Cina ini pernah dimiliki oleh Kapiten Cina dari marga Tjioe. Disini terdapat miniatur bukit Fatima.
Ket.: Hiasan patung di luar gereja Maria De Fatima
Ket.: Bukit Fatima
Hm, saya agak kurang paham ceritanya, tapi yang pasti berada di kawasan ini saya merasa seperti di negeri Tiongkok saja, hmm.
Ket.: Pintu masuk klenteng Ariya Marga
Ket.: Patung kuda milik Guan Yu (sejarah tiga kerajaan) di depan klenteng Ariya Marga
Ket.: Tampak depan klenteng Tanda Bhakti, dijaga 2 patung singa Bao Gu Shi
Menelusuri kawasan ini kita seperti membayangkan dan berimajinasi tempo dulu. Mencari-cari benda peninggalan yang masih asli seperti nomor rumah, lukisan pada atap rumah, kerangka plafon rumah khas Cina, jumlah pintu depan rumah, bentuk atap burung walet, dan sebagainya.
Ket.: Kirab Fat Cu Kung
Yang membuat acara jalan-jalan kami lebih beruntung lagi adalah acara kami bertepatan dengan kirab Fat Chu Kung. Hehe, saya lupa itu tepatnya acara apa, tapi yang pasti dimana-mana banyak spanduk berbahasa Cina tentang kirab itu, semacam miniatur kuil yang di panggul, barongsai, dan naga plastik yang dibawa banyak orang menyusuri jalan. Oh ya, kirab ini diikuti rombongan dari Banten sampe Jawa Barat lho.
Menjelang siang, acara semakin ramai dan jalan-jalan sekitar Petak Sembilan penuh dengan orang-orang berseragam merah yang akan mengikuti kirab. Kalau kami, kami juga berpakaian merah-merah lho... *ga mau kalah
Ket.: Klenteng Dharma Bhakti/Jin De Yuan tampak depan, mirip-mirip Tanda Bhakti ya!
Ket.: Akhirnya... di depan Jin De Yuan!
Ket.: Bagian dalam Jin De Yuan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar