Kali ini saya mau cerita mengenai pilkada Tangsel yang baru berlangsung tanggal 13 November lalu.
Saya ikut mencoblos pilihan yang ada hanya sebagai bukti bahwa saya turut serta dalam andil membangun negara ini. Jiaah... Tapi ternyata, dari seratus persen pemilih wajib, setengahnya adalah golput, yang mana berarti setiap calon mendapatkan suara sebesar 50%, dengan catatan semua pemilih memilih calon tunggal-yang mana hal itu adalah mutlak tidak mungkin.
Jadi apakah warga kota Tangsel tidak terdidik, sehingga tidak dapat membaca surat suara. Oohh... jangan salah, menurut statistik para pemilih yang golput itu sebagian besar berpendidikan tinggi.
Seperti dikutip dari Berita8.com:
Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Tangerang Selatan, Sabtu (13/11/2010), dimenangi oleh golongan putih alias pemilih yang tidak menggunakan hak pilih.
Berdasarkan data Jaringan Pemililh Tangerang (JPT), dari 729 195 pemilih yang masuk dalam DPT, yang menggunakan suaranya hanya separuh atau sekitar 45-50 persen. Sisanya lebih memilih golput.
”Pemenangnya adalah golput,”kata Sekretaris Jaringan Pemilih Tangerang Selatan Ali Irvan, Sabtu (13/11/2010) sore.
Rendahnya partisipasi masyarakat dalam Pilkada Tangerang Selatan ini, menurut Irvan, karena sejumlah faktor.
Antara lain masyarakat Tangerang Selatan yang merasa tidak berkepentingan dalam Pilkada, sehingga memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya. "Terutama mereka yang tinggal di perumahan elit," ujarnya.
Selain itu, Irvan juga menilai buruknya kinerja KPUD dan tim sukses para kandidat dalam sosialisasi bisa jadi penyebab kurangnya partisipasi warga mengikuti pilkada ini.
Sedangkan untuk daerah saya sendiri, lenggangnya situasi pada proses pemilihan dapat tampak sebagai berikut.
Proses pemanggilan peserta
Bilik (KPU) pemilihan suara
Surat suara yang harus dicoblos *sigh* (ada yang familiar?khehehe)
Lenggangnya tempat pemilihan suara (TPS)
Kalau mengutip dari film 'City Hall' yang sedang saya tonton; Bahkan golput pun bukan netral, golput juga sebuah pilihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar